Kamis, 25 April 2013

COPING



Nama               : Aswin Abel Fahriza
NPM               : 11511280
Kelas               : 2 PA 07
Fakultas           : Psikologi
Jurusan            : Psikologi
Definisi Coping
Coping berasal dari kata COPE yang artinya menanggulangi. Menurut Retnowati (2004) coping adalah salah satu strategi untuk mengatasi masalah.
Menurut Miller (Lazarus & Folkman, 1994) Strategi pengatasan masalah adalah sebagian dari perilaku - perilaku yang dipelajari dan yang dapat membantu kelangsungan hidup dalam menghadapi bahaya yang mengancam individu.
Strategi untuk pengatasan masalah juga digambarkan sebagai cara seseorang mengatasi tuntutan - tuntutan yang dirasa menekan, sehingga individu harus melakukan penyeimbangan dalam usaha untuk menyesuaikan diri dari lingkungan. (Sarafino 1990)
Jadi coping atau strategi pengatasan masalah adalah usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi stress yang berasal dari dalam individu ataupun lingungan melalui usaha kognitif maupun perilaku yang bersifat dinamis.

Problem Solving (Coping)
·         Tindakan Instrumental           
Individu mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana yang diperlukan.
·         Negosiasi        
Individu melakukan usaha - usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah.
·         Perilaku Aktif
Merupakan proses pengambilan aktif dan memperbaik keadanaan
·         Pengurangan Beban Masalah 
 Usaha yang disadari untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah - olah tidak ada sesuatu yang terjadi
·         Menyalahan Diri Sendiri        
Lebih mengarahkan kedaalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah
·         Pencarian Makna                    
Usaha pencarian makna kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan jawaban dari masalah dengan melihat dari sudut pandang penting dalam kehidupan.
·         Penerimaan                 
Individu menerima kenyataan dan penuh tekanan dan berupaya untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi.
·         Kembali Pada Agam  
Upaya yang dilakukan individu untuk kembali pada agama. Agama dapat berperan sebagai dukungan menggunakan aktivitas alternatif untuk menyelesaikan masalah.

Sumber:
·         http://www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping
 

Stress


Nama   : Aswin Abel Fahriza
NPM               : 11511280
Kelas               : 2 PA 07
Fakultas           : Psikologi
Jurusan            : Psikologi
Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
  • Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
  • Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·         Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

General Adaptation Syndrom (GAS)
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
  • Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
  • Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)
Tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
  •  Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage)
Tahap dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh
Efek lain seperti efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
  • Nyeri dada
  • Insomnia atau tidur masalah
  • Nyeri kepala Konstan
  • Hipertensi
  • Tukak
Stres dikatakan menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah kesehatan. id.prmob.net › Stres › Kesehatan › Hans Selye

Tipe - Tipe Stress
1.Frustasi (tekanan perasaan)
Frustasi ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka akan terjadi sesuatu yang akan menghambat keinginannya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan terhalangnya keinginan seseorang.

Orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia akan dapat menerima frustasi itu buat sementara sambil menunggu kesempatan berikutnya. Tetapi jika orang tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara yang wajar. Maka ia akan berusaha mengatasi dengan cara-cara yang lain tanpa mengindahkan orang dan situasi di sekitarnya (misalnya dengan kekerasan). Atau ia berusaha mencari kepuasan dengan lamunan/khayalan. Apabila rasa tertekan itu sangat berat sehingga tidak bisa diatasinya, maka mungkin akan mengakibatkan gangguan atau penyakit jiwa pada orang tersebut.

Sesuatu hal yang sama-sama dialami oleh dua orang, mungkin salah seorangnya merasa tertekan sekali oleh hal itu, tetapi oleh orang yang lainnya dianggap biasa saja. Jadi frustasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi. Tanggapan itu dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan kepercayaan kepada lingkungan.

Kepercayaan terhadap diri sendiri itu timbul apabila setiap rintanagn atau halangan dapat dihadapi dengan sukses. Sukses yang dicapai akan membawa kegembiraan yang selanjutkan menjadikan rasa percaya diri. Percaya diri akan membuat orang optimis dalam menjalani hidup, setiap persoalan yang datang akan dihadapi dengan tenang sehingga dapat dianalisa problem yang sedang dihadapi tersebut.

Tetapi sebaliknya orang yang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya, akan merasa kecil hati dan kecewa, sehingga lama kelamaan akan berkurang kepercayaan kepada dirinya. Ia menjadi pesimis  dalam menghadapi kesukaran, karena setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus dihadapinya, sudah terbanyang kegagalan sebelum dicoba menghadapinya.

Dengan demikian kepercayaan kepada dirinya itu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Sukses dan kegembiraan akan menambah rasa percaya diri dan akan mempengaruhi kesuksesan di masa datang. Sebaliknya kegagalan dan situasi yang mengecewakan akan mengurangi rasa percaya diri dan akan mengakibatkan kegagalan di masa mendatang.


2.Konflik (Pertentangan batin)
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah adanya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Konflik dibagi dalam 3 bagian yaitu :
·         Pertama: pertentangan antara dua hal yang diinginkan, yaitu adanya dua hal yang sama-sama diingini tetapi tidak mungkin diambil keduanya. Contohnya, seorang gadis dipinang oleh dua orang yang sama-sama baik dan mapan dalam hidup.

·         Kedua : pertentangan antar dua hal yang pertama diingini sedang yang kedua tidak diingini. Misalnya seorang ibu yang ingin supaya anaknya ikut piknik dengan teman sekolahnya, tapi dilain pihak ia takut kalau anaknya dapat kecelakaan di jalan.

·         Ketiga : pertentangan antara dua hal yang tidak diingini, yaitu orang menghadapi situasi yang menimbulkan dua hal yang sama-sama tidak disenangi. Misalnya seorang militer yang sedang bertempur di medan perang. Ia ingin tetap hidup, akan tetapi takut akan pengadilan militer jika ia lari dari perang.

3.Kecemasan (anxiety)
Kecemasan  adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan mempunyai segi yang disadarinya seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan jiwa, dan ada bermacam-macam pula. 
·         Pertama: rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya seorang mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila ujian datang.

·         Kedua : rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang paling sederhana adalah cemas yang paling umum. Ada pula cemas dalam bentuk takut terhadap benda atau suatu hal misalnya takut melihat serangga. Selanjutnya  cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.

·         Ketiga : cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula menyertai gejala gangguan jiwa. Gejala cemas ada yang berbentuk fisik dan ada yang berbentuk mental. Gejala fisik seperti ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, sesak nafas dan sebagainnya.



Mekanisme pertahanan diri

a. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
1) Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
2) Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,
3) Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
4) Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,
5) Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
b.Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)
c. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
d. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
e. Regresi

Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
f. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.
g.Mengelak

Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.
h. Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
i. Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
j. Rasionalisasi

Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
k. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
l. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.


Problem Solving (Coping)
·         Tindakan Instrumental           
Individu mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana yang diperlukan.
·         Negosiasi        
Individu melakukan usaha - usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah.
·         Perilaku Aktif
Merupakan proses pengambilan aktif dan memperbaik keadanaan
·         Pengurangan Beban Masalah 
 Usaha yang disadari untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah - olah tidak ada sesuatu yang terjadi
·         Menyalahan Diri Sendiri        
Lebih mengarahkan kedaalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah
·         Pencarian Makna                    
Usaha pencarian makna kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan jawaban dari masalah dengan melihat dari sudut pandang penting dalam kehidupan.
·         Penerimaan                 
Individu menerima kenyataan dan penuh tekanan dan berupaya untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi.
·         Kembali Pada Agam  
Upaya yang dilakukan individu untuk kembali pada agama. Agama dapat berperan sebagai dukungan menggunakan aktivitas alternatif untuk menyelesaikan masalah.

Sumber:
·         http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/01/25/mekanisme-pertahanan-diri-defence-mechanism/
·         http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=69
·         http://silvinamar.wordpress.com/2013/04/19/pengertian-stress/
·         http://www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping
·         http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html