Nama gue Aswin Abel Fahriza. Umur gue 23 tahun. Gue memulai cerita ini dimana gue untuk pertama kalinya diajarkan tentang disiplin oleh orang tua gue. Alm, ibu gue selalu bilang "nak, kalau kamu disiplin, kelak apapun yang kamu mau itu bisa tercapai. Selalu disiplin ya nak supaya kamu sukses dan kamu bisa bebas melakukan apa aja yang kamu mau." Pelajaran yang selalu gue pegang sampai saat ini.
Sejak kecil gue sudah menerapkan konsep disiplin dalam kegiatan gue sehari hari. Mulai dari yang sederhana, setelah makan gue selalu menaruh peralatan makan gue ke tempat cuci piring. Mungkin buat kalian yang tidak mengenal gue bakal bertanya "kalo udah ditaro di tempat cuci piring, kenapa ga sekalian dicuci?". Gue dibesarkan dalam keluarga dimana seorang anak laki tidak diizinkan membantu urusan dapur. Tapi gue sangat bangga dibesarkan dalam keluarga ini.
Seiring gue bertumbuh, gue dengan segala usaha dan disiplin yang gue terapin, gue lulus kuliah dengan gelar Sarjana Psikologi Universitas Gunadarma dengan IPK 3.07. Sebelum wisuda pun gue sudah sibuk mencari kerja, setelah yudisium gue tanggal 9 Desember menyatakan gue lulus sebagai Sarjana Psikologi. Gue percaya, dengan ilmu ini (Psikologi) gue banyak bisa membantu orang dalam dunia kerja.
Panggilan Interview pertama gue adalah disalah satu perusahaan human capital di bilangan Jakarta Selatan. Semua terasa lancar dan tidak ada kendala yang berarti. Karena lulus dari Universitas gue dibekali banyak "amunisi" untuk "memberedel" alat alat Psikologis. Disinilah keresahan gw untuk pertama kalinya muncul.
Keresahan gue muncul ketika sudah tidak ada feedback dari perusahaan yang bersangkutan tentang kejelasan gue diterima atau tidak diterima di perusahaan tersebut. Gue kira itu adalah hal yang tidak seharusnya terjadi, karena diterima atau tidak diterima gue sebagai job seeker berhak untuk tau hasilnya. Sidang skripsi aja dikasih tau kan hasilnya lulus atau tidak, masa di lingkungan yang jauh lebih profesional tidak seperti itu? dimana mereka kuliah?. Tapi gue tinggal di Indonesia tercinta, dimana kesalahan yang seharusnya tidak terjadi cuma karna tidak memiliki dasar hukum pelanggaran itu menjadi sebuah hal yang biasa untuk dilakukan.
Keresahan pertama gue tidak lagi gue pedulikan sambil berbicara ke dalam diri sendiri "Get head in the game win!!!! Disiplin!!! carilah kerja sesuai jurusan kuliah lo!!!" . Gue selalu melamar untuk posisi HRD. Disinilah keresahan kedua gue muncul. Setiap melamar kerja melalui job portal gue selalu membaca persyaratan untuk menjadi karyawan. Mayoritas, katakanlah dari 10 perusahaan hanya 1 yang bertuliskan "Fresh Graduated are welcome" . Dari mana gue tau? jawabannya adalah penelitian gue sendiri tentang hal itu. Pada saat keresahan ini muncul, "oke, mungkin HRD itu adalah posisi yang sudah memiliki pengalaman kerja.". Kemudian gue mencari pekerjaan untuk divisi HRD dan melamar untuk role yang jauh lebih sederhana, Admin HR.
Lucunya adalah ketika membaca persyaratan untuk menjadi Admin HR begini. "Lulusan D3 / Sarjana Psikologi, usia maksimal 25 tahun, dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun dibidang terkait". Buat kalian yang ga tau, bidang terkait yang dimaksud adalah bidang HR itu sendiri. Respon gue ketika membaca persyaratan ini adalah sederhana, gue tertawa HAHA!.
Coba kalian cerna baik baik ya. Ini sudut pandang gue kenapa gue ketawa. Gue lulus kuliah, umur gue 23. Karena gue lulus umur gue 23 DIMANA GUE MENDAPATKAN pengalaman kerja bidang HR? Sementara untuk bisa kerja di bidang terkait harus memiliki syarat Sarjana Psikologi. Dan untuk menjadi admin HR aja harus memiliki pengalaman kerja dibidang terkait. Ini KONTRADIKTIF, ketika menulis persyaratan tapi tidak sesuai dari range usia. Ini yang buat gue ketawa. Apakah ada posisi yang lain di divisi HR yang fresh graduated? kalau ada dan kemungkinan gue ga tau tolong kasih tau dan koreksi pengalaman gue. 1 dari 10 ya. Itu data gue.
OKE! ini Indonesia, mungkin kesalahan ini sering terjadi dan sudah menjadi kebiasan atau bisa jadi membudayakan kesalahan? siapa yang tau. Keresahan kedua gue belum selesai terjawab. Muncul keresahan gue yang ketiga. Ketika gue mendapat kesempatan interview udah jadi hal yang biasa yah untuk mengisi FLK (Formulir Lamaran Kerja). Disitu berisi data pribadi, pengalaman kerja, gaji yang diharapkan. Itu semua menunjang informasi untuk interview sudah pasti. Namun ada yang aneh dalam FLK ini. 9 dari 10 perusahaan mencantumkan FLK yang salah satunya berisi "Adakah kerabat anda yang bekerja di perusahaan kami? kalau iya sebutkan siapa dan posisinya!" . Pertanyaan macam apa ini? untuk menunjang apa pertanyaan ini?. Bagi kalian yang lahir dan besar di negara ini mungkin sudah mengetahui alasannya.
Sampai saat ini terhitung dari tanggal gue yudisium 9 Desember 2016, gue udah menghadiri 10 interview di perusahaan yang berbeda. Sampai saat ini juga belum ada yang memberikan kejelasan. Bahkan 2 dari 10 perusahaan ini sudah melakukan negosiasi gaji. ya, mungkin belum rezeki gue. Yang jelas sampe saat ini gue masih mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan gue kuliah. Selalu disiplin.
Pada titik inilah keresahan gue yang terakhir muncul. Apa bener DISIPLIN ITU MEMBEBASKAN? apa bener disiplin yang gue lakukan sekarang memberikan kebebasan nantinya untuk memberikan gue kenikmatan bekerja sesuai dengan jurusan gue? dengan segala kekontradiktifan yang ada? dengan keresahan keresahan yang belum terjawab?
Apa bener DISIPLIN ITU MEMBEBASKAN?