Nama : Aswin Abel Fahriza
NPM
: 11511280
Kelas : 2 PA 07
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Pengertian Stress
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress
dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi
yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan
dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress
dapat diartikan sebagai:
- Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
- Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut
Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan
badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung
pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap
stresor fisik yang berbeda.
Pada
penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami
kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor
dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan
dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek
yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut
Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction)
terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis,
seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi
penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat
diartikan sebagai:
- Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
- Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
· Proses, yaitu stress
digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Jadi, stress
dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat
mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung
bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu
tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
General
Adaptation Syndrom (GAS)
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui
beberapa tahap berikut :
- Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak
dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
- Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)
Tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha
mengatasi serta membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi
mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
- Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage)
Tahap dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang
atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh
Efek lain seperti efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
- Nyeri dada
- Insomnia atau tidur masalah
- Nyeri kepala Konstan
- Hipertensi
- Tukak
Stres dikatakan menjadi sebuah faktor
penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau mungkin menjadi penyebab
respon perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan
narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk
dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita
menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah kesehatan. id.prmob.net › Stres › Kesehatan › Hans Selye
Tipe - Tipe
Stress
1.Frustasi
(tekanan perasaan)
Frustasi
ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka akan terjadi sesuatu yang
akan menghambat keinginannya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali
faktor-faktor yang menyebabkan terhalangnya keinginan seseorang.
Orang
yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya
itu atau ia akan dapat menerima frustasi itu buat sementara sambil menunggu
kesempatan berikutnya. Tetapi jika orang tidak mampu menghadapi rasa frustasi
itu dengan cara yang wajar. Maka ia akan berusaha mengatasi dengan cara-cara
yang lain tanpa mengindahkan orang dan situasi di sekitarnya (misalnya dengan
kekerasan). Atau ia berusaha mencari kepuasan dengan lamunan/khayalan. Apabila
rasa tertekan itu sangat berat sehingga tidak bisa diatasinya, maka mungkin
akan mengakibatkan gangguan atau penyakit jiwa pada orang tersebut.
Sesuatu
hal yang sama-sama dialami oleh dua orang, mungkin salah seorangnya merasa
tertekan sekali oleh hal itu, tetapi oleh orang yang lainnya dianggap biasa
saja. Jadi frustasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi. Tanggapan
itu dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan kepercayaan
kepada lingkungan.
Kepercayaan
terhadap diri sendiri itu timbul apabila setiap rintanagn atau halangan dapat
dihadapi dengan sukses. Sukses yang dicapai akan membawa kegembiraan yang
selanjutkan menjadikan rasa percaya diri. Percaya diri akan membuat orang
optimis dalam menjalani hidup, setiap persoalan yang datang akan dihadapi
dengan tenang sehingga dapat dianalisa problem yang sedang dihadapi tersebut.
Tetapi
sebaliknya orang yang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya, akan merasa
kecil hati dan kecewa, sehingga lama kelamaan akan berkurang kepercayaan kepada
dirinya. Ia menjadi pesimis dalam menghadapi
kesukaran, karena setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus
dihadapinya, sudah terbanyang kegagalan sebelum dicoba menghadapinya.
Dengan
demikian kepercayaan kepada dirinya itu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman
yang dilalui sejak kecil. Sukses dan kegembiraan akan menambah rasa percaya
diri dan akan mempengaruhi kesuksesan di masa datang. Sebaliknya kegagalan dan
situasi yang mengecewakan akan mengurangi rasa percaya diri dan akan
mengakibatkan kegagalan di masa mendatang.
2.Konflik
(Pertentangan batin)
Konflik
jiwa atau pertentangan batin adalah adanya dua macam dorongan atau lebih yang
berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
Konflik dibagi dalam 3 bagian yaitu :
·
Pertama: pertentangan antara dua hal yang diinginkan, yaitu adanya dua
hal yang sama-sama diingini tetapi tidak mungkin diambil keduanya. Contohnya,
seorang gadis dipinang oleh dua orang yang sama-sama baik dan mapan dalam
hidup.
·
Kedua : pertentangan antar dua hal
yang pertama diingini sedang yang kedua tidak diingini. Misalnya seorang ibu
yang ingin supaya anaknya ikut piknik dengan teman sekolahnya, tapi dilain
pihak ia takut kalau anaknya dapat kecelakaan di jalan.
·
Ketiga : pertentangan antara dua hal
yang tidak diingini, yaitu orang menghadapi situasi yang menimbulkan dua hal
yang sama-sama tidak disenangi. Misalnya seorang militer yang sedang bertempur
di medan perang. Ia ingin tetap hidup, akan tetapi takut akan pengadilan
militer jika ia lari dari perang.
3.Kecemasan
(anxiety)
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan mempunyai segi yang disadarinya
seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah, terancam dan
sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa
menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam
semua gangguan jiwa, dan ada bermacam-macam pula.
·
Pertama: rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya
yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena
sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya seorang mahasiswa yang
sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila ujian datang.
·
Kedua : rasa cemas yang berupa
penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang paling sederhana adalah cemas
yang paling umum. Ada pula cemas dalam bentuk takut terhadap benda atau suatu
hal misalnya takut melihat serangga. Selanjutnya cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan
yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas
karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia
merasa terancam oleh sesuatu itu.
·
Ketiga : cemas karena merasa berdosa
atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau
hati nurani. Cemas ini sering pula menyertai gejala gangguan jiwa. Gejala cemas
ada yang berbentuk fisik dan ada yang berbentuk mental. Gejala fisik seperti
ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung
cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala
pusing, sesak nafas dan sebagainnya.
Mekanisme pertahanan diri
a.
Represi
Represi didefinisikan sebagai
upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk,
krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi
terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun
masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu
dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat
terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan
mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan
kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya
menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
1) Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu
yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
2) Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang
menyesakkan dada,
3) Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
4) Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,
5) Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan
menekankan yang tidak membahagiakan.
b.Supresi
Supresi merupakan suatu proses
pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan
dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan
itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu
mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan
kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi
umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan
(represi)
c. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan
pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan
ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu
tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan
untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya
tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih
sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci,
dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
d. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya
individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan
mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup
lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk
sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada
satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu
contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi
mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali
dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
e. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
f. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon yang
umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak
mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
g.Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.
h. Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal
kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur
penipuan diri.
i. Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang
mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat
menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang
dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang
seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi
lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila
fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan
yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres,
dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
j. Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
k. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan
teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya
menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan
sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi
situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa
ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan
tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan
memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
l. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik
proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu
lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung
dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal
ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.
Problem Solving (Coping)
·
Tindakan Instrumental
Individu mengambil tindakan
untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana yang
diperlukan.
·
Negosiasi
Individu melakukan usaha - usaha
yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau
menyelesaikan masalah.
·
Perilaku Aktif
Merupakan proses pengambilan
aktif dan memperbaik keadanaan
·
Pengurangan Beban Masalah
Usaha yang disadari untuk tidak memikirkan
masalah dan bersikap seolah - olah tidak ada sesuatu yang terjadi
·
Menyalahan Diri Sendiri
Lebih mengarahkan kedaalam
daripada berusaha untuk keluar dari masalah
·
Pencarian Makna
Usaha pencarian makna kegagalan
yang dialami dan mencoba untuk menemukan jawaban dari masalah dengan melihat
dari sudut pandang penting dalam kehidupan.
·
Penerimaan
Individu menerima kenyataan dan
penuh tekanan dan berupaya untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi.
·
Kembali Pada Agam
Upaya yang dilakukan individu
untuk kembali pada agama. Agama dapat berperan sebagai dukungan menggunakan
aktivitas alternatif untuk menyelesaikan masalah.
Sumber:
·
http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/01/25/mekanisme-pertahanan-diri-defence-mechanism/
·
http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=69
·
http://silvinamar.wordpress.com/2013/04/19/pengertian-stress/
·
http://www.slideshare.net/suherlambang/stresskesehatan-dan-coping
·
http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar