Nama : Aswin Abel Fahriza
NPM : 11511280
Kelas : 2 PA 07
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Ciri
Kepribadian Sehat Menurut
Allport
Allport lebih optimis mengenai kodrat manusia daripada
pandangan dari Freud. Ia memperlihatkan suatu keharuan yg luar biasa terhadap
manusia. Pengalaman-pengalaman pribadinya kelak tercemin dalam
pandangan-pandangan teroritisnya tentang kodrat kepribadian manusia. Kodrat
manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan
menyanjung-nyajung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan
sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar-
kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Ia percaya bahwa
kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada
tingkah laku orang dewasa yang neuritis. Orang-orang yang neuritis terikat atau
terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak..
Menurut Alport perkembangan proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat tersebut adalah:
Menurut Alport perkembangan proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat tersebut adalah:
- Perluasan
perasaan diri.
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat pada individu. Kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. - Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain :
- Kapasitas
suntuk keintiman.
Mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Hasil dari kapasitas keintiman dalah suatu perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintainya dan memperhatikan kesejahteraannya. Cinta dari orang yang sehat adalah tanda syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
- Kapasitas
untuk perasaan terharu
Orang yang sehat memiliki kapsitas untuk memahami kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
- Keamanan
emosional
Kepribadian sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, sehingga emosi-emosi ini tidak menggangu aktivitas-aktivitas antarpribadi. - Persepsi
realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya. - Keterampilan–keterampilan
dan tugas–tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan kemampuan. Menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan kita. - Pemahaman
diri
Orang yang memiliki suatu pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Orang yang matang akan menjadi hakim yang saksama terhadap orang orang lain., dan dapat diterima dengan lebih baik oleh orang lain. - Filsafat
hidup yang mempersatukan
Allport menekankan bahwa nilai-nilai adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Individu dapat memilih yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau mungkin nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang. Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu
adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka
mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah
satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki
nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk
mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati berperan dalam menentukan filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan "harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.
Suara hati berperan dalam menentukan filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan "harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.
Perkembangan Kepribadian Menurut
Rogers
Inti dari teori- teori
Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti
diri, menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri. Rogers menerima istilah self dari pengalaman- pengalaman
realita masing- masing individu.
Menurut Rogers motivasi orang yang
sehat adalah aktualisasi diri.
Manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol
oleh peristiwa kanak- kanak. Rogers lebih memandang pada masa sekarang,
dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana
seseorang memandang masa sekarang dan juga akan mempengaruhi juga
kepribadiannya, namun ia tetap fokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa
yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri (be
myself) dan mengembangkan sifat serta potensi- potensi psikologis individu
yang unik. Aktualisasi diri akan terbantu atau terhalang oleh pengalaman dan
belajar khususnya dalam masa kanak- kanak. Aktualisasi diri akan berubah
sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Saat mencapai usia tertentu
(adolensi) individu akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis.
Konsep diri menurut Rogers adalah
kesadaran batin yang tetap, tentang pengalaman yang berhubungan dengan “aku”
dan “aku dari yang bukan aku”. Konsep diri ini terbagi menjadi 2
yaitu konsep diri yang seungguhnya dan konsep diri yang ideal.
Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut cocok atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam
pengalaman aktual yang disertai dengan pertentangan dan kekacauan batin,
sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri
diungkapkan dengan cermat dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan
sejati.
PERANAN POSITIVE REGARDS
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari
orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang
terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Pribadi yang berfungsi sepeuhnya adalah pribadi yang
mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Mengapa? Karena ini penting,
dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu
akan menerima dengan penuh kepercayaan.
ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA (FULLY
HUMAN BEING)
- 1. Keterbukaan pada pengalaman
Individu yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru selanjutnya ia akan mengalami
banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
- 2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana individu
terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru,
dan selalu berubah serta cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas
pengalaman selanjutnya.
- 3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika individu membuka
diri terhadap pengalaman itu sendiri, dengan begitu ia akan bertingkah laku
menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia
dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
- 4. Perasaan Bebas
Individu yang sehat secara psikologis dapat membuat
suatu pilihan tanpa adanya paksaan atau rintangan antara pikiran dan tindakan.
Individu yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang memang ingin
dilakukannya.
- 5.Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong individu untuk memiliki kreativitas dengan ciri- ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang bermacam- macam di sekitarnya.
Hirarki Kebutuhan Manusia
Menurut Maslow
Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Tenteram (Safety Needs).
Sebenarnya tidak bisa
dipungkiri, pada awalnya mayoritas dari aktivitas kehidupan manusia ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan fisik ini. Segera setelah kebutuhan dasar terpenuhi,
orang mulai ‘cari-cari’. Kebutuhan level kedua, yakni kebutuhan akan rasa aman
dan kepastian (safety and security needs) muncul dan memainkan peranan dalam
bentuk mencari tempat perlindungan, membangun privacy individual (kebebasab
individu), mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau dana
pensiun, dan sebagainya.
Kebutuhan Untuk Dicintai dan Disayangi (Belongingness Needs).
Ketika kebutuhan fisik akan
makan, papan, sandang berikut kebutuhan keamanan telah terpenuhi, maka
seseorang beralih ke kebutuhan berikutnya yakni kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi (love and belonging needs). Dalam hal ini seseorang mencari dan
menginginkan sebuah persahabatan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan yang
lebih bersifat pribadi seperti mencari kekasih atau memiliki anak, itu adalah
pengaruh dari munculnya kebutuhan ini setelah kebutuhan dasar dan rasa aman
terpenuhi.
Kebutuhan Harga Diri Secara Penuh ( Esteem Needs).
Level keempat dalam hirarki
adalah kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs). Maslow membagi
level ini lebih lanjut menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe
bawah meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, perhatian,
reputasi, kebanggaan diri, dan kemashyuran. Tipe atas terdiri atas penghargaan
oleh diri sendiri, kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus
(spesialisasi). Apa yang membedakan kedua tipe adalah sumber dari rasa harga
diri yang diperoleh. Pada self esteem tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan
diberikan oleh orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang
lain mengatakan demikian, dan hilang saat orang mengabaikannya.
Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada penilaian orang lain. Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa adanya, anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito, bahkan ketika orang lain mencampakkan anda!
Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada penilaian orang lain. Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa adanya, anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito, bahkan ketika orang lain mencampakkan anda!
Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs)
Ketika kebutuhan akan
penghargaan ini telah terpenuhi, maka kebutuhan lainya yang sekarang menduduki
tingkat teratas adalah aktualisasi diri. Inilah puncak sekaligus fokus
perhatian Maslow dalam mengamati hirarki kebutuhan. Terdapat beberapa istilah
untuk menggambarkan level ini, antara lain growth motivation, being needs, dan
self actualization.
Maslow melakukan sebuah studi
kualitatif dengan metode analisis biografi guna mendapat gambaran jelas
mengenai aktualisasi diri. Dia menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan
sejumlah orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang
beraktualisasi diri. Termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham
Lincoln, William James, dam Eleanor Roosevelt.
Berdasar hasil analisis
tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan
karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:
1. Memusatkan diri pada realitas
(reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat
persoalan secara jernih, bebas dari bias.
2. Memusatkan diri pada masalah
(problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu
dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
3. Spontanitas, menjalani
kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
4. Otonomi pribadi, memiliki
rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati
hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
5. Penerimaan terhadap diri dan
orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan
diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah
beraktualisasi diri lebih suka menerima kamu apa adanya ketimbang berusaha mengubah
diri kamu.
6. Rasa humor yang ‘tidak
agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri
sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang
lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
7. Kerendahatian dan menghargai
orang lain (humility and respect)
8. Apresiasi yang segar
(freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang
orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat
orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif
dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
9. Memiliki pengalaman spiritual
yang disebut Peak experience. Peak experience atau sering disebut juga
pengalaman mistik adalah suatu kondisi saat seseorang (secara mental) merasa
keluar dari dirinya sendiri, terbebas dari kungkungan tubuh kasarnya.
Pengalaman ini membuat kita merasa sangat kecil atau sangat besar, dan
seolah-olah menyatu dengan semesta atau keabadian (the infinite and the
eternal). Ini bukanlah persoalan klenik atau takhayul, tetapi benar-benar ada
dan menjadi kajian khusus dalam Psikologi Transpersonal, suatu (baru klaim)
aliran keempat dalam ilmu psikologi setelah psikoanalisis, behaviorisme, dan
humanisme, yang banyak mempelajari filosofi timur dan aspek-aspek kesadaran di
luar kesadaran normal (Altered States of Consciousness, ASC). Peak experience
bisa jadi merupakan argumen ilmiah yang valid untuk menjelaskan fenomena para
rasul yang menerima wahyu dari Allah, atau pengalaman sufistik yang merasa
telah memiliki sifat-sifat ketuhanan. Di sini maksudnya bukan sama persis
seperti Tuhan, akan tetapi adalah menerapkan sifat-sifat Tuhan seperti Maha
Adil, Maha Tahu, dan lain sebagainya sesuai tataran tingkatan manusia. Karena
manusia itu tidaklah bisa menyamai sifat dan kemampuan Tuhan secara persis.
(ini hanya sekedar pendapat penulis).
Berdasarkan berbagai kualifikasi
yang ‘amat sulit’ tersebut, maka tidaklah heran kalau masih sedikit orang di
dunia ini yang mencapai level aktualisasi diri tersebut. Bahkan Maslow
mengatakan bahwa jumlah orang-orang yang telah beraktualisasi diri tidaklah
lebih dari dua persen saja dari seluruh populasi dunia! Bagaimana dengan Anda?
Sudah belum? Tidak usah terlalu dipikirkan. Bagi yang telah bisa mencapai taraf
aktualisasi diri memang bagus, tetapi untuk sekadar bisa merasa bahagia dan
menikmati hidup, kita hanya perlu menjadi diri sendiri apa adanya dan
bermanfaat bagi orang lain. Insyaallah.
Teori Kepribadian Sehat
Menurut
Fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah
makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi
yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial.
Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat
yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan
sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial
di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan
(exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang
benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif
didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan
pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu
ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda
tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting
untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam
masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang
sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai
dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta
dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu mencintai dan dicintai,
- mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber:
·
http://lemonpie19.blogspot.com/2012/04/teori-kepribadian-sehat-menurut-fromm.html
·
http://elgrid.wordpress.com/2011/05/22/teori-hierarki-kebutuhan-abraham-maslow/
·
http://a11no4.wordpress.com/2009/10/24/carl-rogers-mengupas-tentang-perkembangan-kepribadian-diri-self/
·
http://loko.000space.com/berita-127-ciriciri-pribadi-yang-sehat-menurut-alport.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar